Site icon menyusui.info

Menyusui Ketika Puasa

dr. Dian Nurcahyati Basuki, MSc, IBCLC - foto: pribadi

dr. Dian Nurcahyati Basuki, MSc, IBCLC - foto: pribadi

Memasuki bulan Ramadhan, sering timbul pertanyaan dari para ibu menyusui.  ”Bolehkah saya puasa saat menyusui?”, ”Apakah ASI saya akan berkurang saat puasa?”, ”Apa yang harus saya konsumsi saat sahur dan berbuka agar ASI saya tetap banyak?”Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari kita ingat kembali cara kerja tubuh kita dalam memproduksi ASI.

Saat bayi menyusu, syaraf-syaraf di permukaan payudara memberi rangsangan sensoris ke Hipotalamus (kelenjar pada otak) untuk memproduksi hormon Prolaktin dan hormon Oksitosin. Dalam payudara, hormon Prolaktin memberi perintah agar sel-sel dalam payudara memproduksi ASI. Sementara hormon Oksitosin menyebabkan otot-otot payudara berkontraksi, dan memompa ASI keluar dari puting.

Banyaknya ASI yang diproduksi dan dikeluarkan dari payudara, sesungguhnya diatur oleh isapan bayi. Makin sering bayi mengisap, makin sering ASI dikeluarkan dan diproduksi di payudara. Inilah yang dinamakan supply and demand.

Namun tidak dapat dipungkiri, saat puasa, cairan tubuh kita berkurang hingga 2-3 %. Pada keadaan normal, ada mekanisme ”rasa haus” yang mencegah kita dari kekurangan cairan. Namun, saat berpuasa, secara otomatis otak mengatur agar pengeluaran cairan tubuh melalui air seni dan keringat dihemat.

Tentu timbul pertanyaan, ”Apakah penghematan tetap berlaku saat menyusui sambil berpuasa? Bagaimana dengan kandungan ASInya ketika berpuasa makan?”.  Pada saat Ramadhan, kita rata-rata berpuasa 14 jam. Tubuh kita masih dapat mengkompensasi kekurangannya selama 14 jam tersebut, pada saat berbuka. Namun, sangat dianjurkan pada para ibu yang masih menyusui eksklusif (usia bayi kurang dari 6 bulan) untuk menunda berpuasa, bila dirasa memberatkan bagi dirinya untuk tetap beraktifitas dengan normal, maupun bila tampak perubahan perilaku bayinya dengan menyusu lebih sering. Agama Islam pun memberi keringanan bagi para ibu menyusui untuk tidak berpuasa selama Ramadhan. Sebab pada masa menyusui eksklusif, ASI adalah satu-satunya asupan cairan dan gizi bagi bayi. Pada masa ini, metabolisme tubuh ibu bekerja dengan giat untuk terus menerus memproduksi ASI dengan komposisi yang lengkap.

Walaupun ibu tidak makan selama 14 jam, komposisi ASInya tidak akan berubah atau berkurang kualitasnya dibandingkan saat tidak berpuasa. Sebab, tubuh akan melakukan mekanisme kompensasi dengan  mengambil cadangan zat-zat gizi, yaitu energi, lemak dan protein serta vitamin dan mineral, dari simpanan tubuh. Begitu ibu berbuka, tubuh akan mengganti cadangan zat-zat gizi tadi, sehingga ibu tidak akan kekurangan zat gizi untuk memenuhi aktifitas serta mempertahankan kesehatan tubuhnya. Komposisi ASI baru akan berkurang pada ibu yang menderita kurang gizi berat, sebab tidak ada lagi cadangan zat gizi yang dapat memasok kebutuhan produksi ASI yang lengkap.

Berarti, bila ibu menyusui makan dalam porsi sedikit lebih banyak dari porsi normalnya, dapat dipastikan bahwa cadangan zat gizi ibu tidak akan berkurang. Tidak perlu sampai menambah satu kali porsi makan ekstra tiap hari.

Jadi, bila ibu menyusui tetap memutuskan untuk menjalankan puasa Ramadhan, mungkin tips berikut dapat bermanfaat:

Penulis:
dr. Dian Nurcahyati, M.Sc, IBCLC

Ditulis oleh: Admin GIM
Kami adalah yayasan non profit yang bergerak di edukasi pemberian nutrisi bayi dan anak sejak lahir hingga usia 2 tahun
Exit mobile version