Pos Ramah Ibu dan Anak: Ikhtiar Untuk Melindungi Serta Membantu Ibu dan Anak Dalam Situasi Darurat

Pos Ramah Ibu dan Anak: Ikhtiar Untuk Melindungi Serta Membantu Ibu dan Anak Dalam Situasi Darurat

Dasar Pemikiran

Pos Ramah Ibu dan Anak adalah sebuah strategi penanganan penyintas bencana, dimana ibu dan anak menjadi subjek prioritas dalam program pemberian bantuan, perlindungan, dan pemberdayaan yang berfokus di pelayanan kesehatan fisik dan mental, makanan untuk balita, air bersih, dan sanitasi.

Ibu dan anak menjadi fokus intervensi kegiatan ini karena mereka adalah kelompok paling rentan dalam keadaan darurat, sehingga harapannya dapat meminimalisir dampak dari kondisi darurat dan menjamin kesehatan terhadap keduanya.

Dilansir dari Komite Menyusui Amerika Serikat melalui websitenya usbreastfeeding.org, bahwa 95% kejadian kematian bayi dan anak dalam situasi darurat dikarenakan diare.

Pada Rapat Koordinasi Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (20/01/2020) dalam presentasinya melansir bahwa ISPA, Diare, dan Dehidrasi merupakan penyakit tertinggi yang menyerang bayi dan anak.

Penyebab angka diare yang tinggi banyak disebabkan oleh kontaminasi air dan lingkungan oleh bakteri.

Masih menurut KPPA yang dilansir oleh Humanitarian Forum Indonesia, dari 20 daerah terdampak banjir dan longsor 2020 ini rata-rata 27% nya tidak mendapat akses terhadap air minum, bahkan di beberapa daerah seperti Teluk Gong dan Sajira Mekar, lebih dari 70% penyintas tidak memiliki akses untuk mendapatkan air minum.

Sedangkan prosentase orang yang tidak memiliki akses air bersih (untuk kebutuhan harian, memasak, dan mandi) rata-rata 42%. Di beberapa daerah seperti Bojongkulur, Desa Harkatjaya, dan Urug, 100% penyintas tidak mendapat akses pada air bersih.

Menurut riset Hipgrave DB, Assefa F, Winoto A dan Sukotjo S, yang dipublikasikan pada jurnal NCBI tahun 2012 tentang Korelasi Antara Donasi Susu Formula dan Angka Kejadian Diare Pada Kejadian Gempa Yogyakarta tahun 2006, menyebutkan bahwa ada hubungan antara angka kejadian diare dan donasi susu formula.

Hal ini disebabkan karena tidak terkontrolnya distribusi donasi makanan instan dan susu formula pada bayi dan anak. Jurnal ini menyebutkan bahwa 75% keluarga dengan anak dibawah 5 bulan dan 80% keluarga mendapat donasi susu formula bayi, 76% keluarga mendapat bantuan bubur instan dan 49% mendapat bubur susu.

Sulitnya akses terhadap air bersih dan api untuk memasak air, membuat para ibu maupun keluarga mengolah makanan instan dengan air seadanya. Bahkan sebagian keluarga tidak memasak air yang mereka konsumsi. Perilaku ini memicu dampak pemberian susu formula maupun makanan instan menjadi lebih berbahaya pada situasi darurat.