Agar ASI Cepat “Keluar”

Agar ASI Cepat “Keluar”

“Kapankah ASI saya akan keluar?” “Bagaimana agar ASI saya cepat keluar setelah melahirkan?”

Pertanyaan-pertanyaan ini cukup sering ditanyakan ketika seorang ibu baru melahirkan. Tak jarang hal ini menyebabkan rasa was-was pada si ibu, bahkan keluarga besar. Mengetahui dan memahami bagaimanakah sebenarnya cara ASI diproduksi dan cara ASI dikeluarkan akan membuat kita lebih tenang dan percaya diri.

Bagaimanakah cara ASI diproduksi dan dikeluarkan?

Produksi ASI saat hamil dan pasca melahirkan

Saat seorang perempuan hamil, payudaranya sudah mulai bekerja untuk mempersiapkan nutrisi bagi bayi yang kelak akan lahir. Sel-sel penghasil ASI mulai memperbanyak diri dan membesar. Di minggu ke-16 air susu ibu sudah mulai diproduksi. Akan tetapi ketika masih dalam masa kehamilan, aktivitas sel-sel penghasil ASI tersebut masih dihambat oleh hormon kehamilan, sehingga produksi ASI belum terjadi sepenuhnya.

Sesaat setelah plasenta lahir, hormon-hormon kehamilan yang tadinya menghambat produksi ASI mendadak turun. Dalam 30-72 jam setelah lepasnya plasenta, mulai terbentuklah ASI transisi yaitu ASI peralihan dari kolostrum ke ASI matang. Dan di hari ke-9 payudara mulai membentuk ASI matang.

Ketika bayi menyusu di hari-hari pertama, kolostrum yang sudah terbentuk di masa kehamilanlah yang akan keluar. Setelah itu – umumnya di hari ke-2-3 – baru ASI terasa tiba-tiba “muncul” dalam jumlah banyak, tiba-tiba payudara terasa penuh, dan ASI keluar lebih deras. Saat inilah biasanya kita menganggap ASI baru “keluar”, padahal sebelumnya juga ASI sudah keluar sebagai kolostrum dalam jumlah dan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi di hari-hari pertama.

Cara tubuh kita memproduksi dan mengeluarkan ASI

ASI diproduksi di dalam payudara oleh kelenjar penghasil ASI. Dalam memproduksi ASI, kerja sel-sel penghasil ASI dipengaruhi oleh “perintah” dari sebuah hormon yang biasa disebut hormon prolaktin. Hormon ini memerintahkan payudara untuk menghasilkan susu.
Sementara itu di sekeliling sel-sel penghasil ASI ada sel-sel otot yang tugasnya berkontraksi untuk “memompa” mengeluarkan ASI yang telah dibuat ke saluran-saluran ASI yang bermuara di puting. Sel-sel “pemompa ASI” tersebut dipengaruhi hormon yang dikenal sebagai oksitosin.

Proses keluarnya ASI ini menjelaskan kenapa meski kita merasa payudara ada isinya tapi ASI tidak terus-menerus mengalir keluar sepanjang waktu hingga baju basah kuyup. Refleks payudara ketika sedang mengeluarkan ASI biasa disebut refleks oksitosin, atau refleks pengeluaran ASI, atau mungkin ada yang mengenalnya dengan istilah let down reflex (LDR).

Kedua hormon tersebut, baik oksitosin maupun prolaktin, sama-sama dipengaruhi oleh hisapan bayi pada payudara ibu. Hisapan bayi akan merangsang dikeluarkannya hormon prolaktin yang memerintahkan kantung alveoli membuat ASI, dan akan memerintahkan hormon oksitosin mengeluarkan ASI dari payudara.

Ketika bayi baru lahir, hisapan bayi akan merangsang payudara mengeluarkan ASI yang telah ada sejak kehamilan dalam bentuk kolostrum. Kolostrum akan keluar di hari-hari pertama dalam jumlah 2-20 mililiter tiap sesi menyusui, kemudian proses produksi ASI selanjutnya berubah seiring dengan semakin tingginya jumlah prolaktin.


Hal-hal yang Dapat Membantu Hormon-hormon Menyusui

Nah, sekarang mari kita kembali ke pertanyaan tadi, jadi… Bagaimanakah caranya agar ASI kita cepat “keluar” saat baru melahirkan?

Seperti tadi sudah disinggung, keberadaan hormon prolaktin dan oksitosin sangat dipengaruhi oleh hisapan bayi. Karena kerja payudara dalam membuat dan mengeluarkan susu dipengaruhi oleh kedua hormon tersebut, yang keduanya akan hadir ketika bayi menghisap payudara, maka cara memperbanyak ASI yang terbaik adalah tentu saja dengan memberi kesempatan pada bayi untuk menyusu sesering mungkin.

Selain itu, hormon oksitosin – yang bertugas mengeluarkan ASI – memiliki cara kerja yang unik, hormon ini bisa mulai muncul sejak sebelum bayi menyusu. Hormon ini sangat mudah dipengaruhi pikiran, perasaan dan sensasi yang ditangkap oleh panca indera ibu. Perasaan senang, kasih sayang dan percaya diri dapat membantu oksitosin bekerja. Sensasi seperti menatap dan menyentuh bayi pun (apalagi kontak kulit yang banyak) akan membantu refleks oksitosin. Itu sebabnya sering kali ketika mendengar bayi tangisan bayi atau bahkan baru saja teringat kepada bayinya, ibu sudah dapat merasakan ASInya menetes keluar.

Sebaliknya, perasaan negatif akan menghambat refleks ini. Sakit, khawatir, atau ragu-ragu misalnya. Jadi saat ibu baru melahirkan, sangat penting untuk selalu dekat bayi, mudah melihat, menyentuh, dan merespon bayi. Dan sangat penting untuk menjaga perasaan ibu agar tetap tenang dan percaya diri. Jika refleks oksitosin ibu tak bekerja dengan baik ASI akan sulit keluar, bisa membuat kita menganggap seakan-akan ibu belum ada ASInya.

Dari uraian tadi kita bisa mengambil kesimpulan, untuk melancarkan proses keluarnya ASI ada beberapa poin yang dapat kita lakukan :

  • Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah lahir metode ampuh merangsang ASI cepat keluar. Ibu merasa tenang, bahagia, bisa melihat dan menyentuh bayi. Semua sensasi indera dan perasaan tersebut akan merangsang dikeluarkannya oksitosin.
  • Setelah IMD selesai, kebersamaan ibu dan bayi dilanjutkan dengan rawat gabung. Selalu dekat dengan bayi akan menenangkan hati ibu dan memudahkan ibu merespon kebutuhan bayi. Tanda ingin menyusu pada bayi baru lahir kadang sangat halus, jika jauh dari bayi ibu akan sulit merespon, kita mungkin akan melewatkan beberapa jadual menyusui, sehingga rangsangan untuk memproduksi ASI kurang dari semestinya.Hisapan bayi akan memancing refleks pengeluaran ASI ini dalam 54 detik sementara pompa ASI memerlukan waktu sekitar 4 menit. Karena hisapan bayi adalah stimulus terbaik, maka memberi kesempatan bayi seluas-luasnya untuk menyusu adalah hal yang sangat penting.
  • Ibu baru melahirkan perlu dukungan dari sekitar agar perasannya tetap positif. Suami, keluarga, nakes yang membantu persalinan, seyogyanya adalah pihak-pihak yang telah siap dengan dukungan penuh untuk menyusui.
  • Ibu sendiri perlu berusaha untuk senantiasa berpikiran positif, dukungan sempurna tak selalu didapatkan. Melengkapi diri dengan kesiapan mental dan pengetahuan yang cukup, akan sangat membantu kesiapan menyusui.
  • Ibu bisa menggunakan berbagai metode untuk melancarkan proses keluarnya ASI, seperti : kompres hangat, mandi air hangat, masase payudara, pijat oksitosin (pijat punggung atas) dan mempraktikkan teknik relaksasi. Demikian juga stimulus pada puting (sentuh, putar) secara halus dan hati-hati juga dapat merangsang refleks oksitosin.

Hal-hal di atas akan lebih mudah terjadi jika ibu melahirkan di fasilitas kesehatan yang menjalankan 10 Langkah Menuju Kesuksesan Menyusui, dan membantu mempersiapkan ibu untuk menyusui sejak masa kehamilan.


Pentingnya Memerah ASI

Jika saat Inisiasi Menyusu Dini dan dalam 6 jam pertama bayi tampak belum lancar menyusu, ibu disarankan sudah mulai memerah ASI yang masih dalam bentuk kolostrum dan memberikannya kepada bayi. Hal ini menjamin asupan bayi dan melancarkan proses diproduksinya ASI. Ibu bisa menampung kolostrumnya di sendok atau spuit kecil (bisa meminta ke pihak rumah sakit), dan langsung meminumkannya ke bayi.

Pentingnya “Mengosongkan” Payudara

Ketika ASI dikeluarkan secara rutin, payudara terpacu untuk memproduksi ASI lagi bagi kegiatan menyusui selanjutnya. Sementara jika tidak dikeluarkan atau terlalu jarang dikeluarkan, ASI yang tersisa di payudara akan menghambat produksi selanjutnya. Di waktu-waktu setelah itu produksi ASI akan dikurangi.

Begitupun ketika bayi jarang disusui dan payudara jarang dikosongkan karena manajemen menyusui yang kurang tepat, payudara akan menganggap ia memproduksi ASI terlalu banyak sehingga akan mengurangi produksi. Hal ini perlu dihindari, dalam setiap sesi menyusui setidak-tidaknya kita perlu mengosongkan satu payudara agar produksi ASI tetap lancar.
Posisi dan pelekatan yang baik juga sangat penting agar bayi dapat mengosongkan payudara dengan efektif.

Kata kunci :

“Rutin mengeluarkan ASI sejak hari-hari pertama baik dengan menyusui langsung atau diperah,
akan melancarkan produksi ASI selanjutnya.”

 

Sumber :
WHO, Unicef. (2011). Panduan Fasilitator Pelatihan Konseling Menyusui. Jakarta, Sentra Laktasi Indonesia.
Mannel, R., Martens, P. J., Walker, M. (2013). Core Curriculum for Lactation Consultant Practice. Burlington, MA : Jones and Bartlett.

Penulis : Fitra Sukrita Irsal, dr., IBCLC

Ditulis oleh: Admin GIM
Kami adalah yayasan non profit yang bergerak di edukasi pemberian nutrisi bayi dan anak sejak lahir hingga usia 2 tahun